YUSABBIH

|

Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
(QS. 24:41)
    Saya tak tahu apa yang terjadi pada diri saya petang tadi. Tiba-tiba saya rasa keliru dan buntu. Saya berjalan ke tempat saya selalu bersembunyi. Di situ, saya akan tenggelam dengan bunyi deruan air, hiruk pikuk jangkrik yang bersahutan, siulan dan kicauan burung yang senantiasa ceria, desiran daun-daun dan rumput bila ditiup angin kencang.
    Di situlah saya selalu coba memahami bahasa alam. Di situ saya dapat memperhatikan ekosistem yang rapi. Semut-semut, kupu-kupu, burung-burung, ikan-ikan dan pelbagai hewan yang halus, tidak pernah saya tahu nama-nama mereka.
    Sinaran matahari begitu gagah menyebarkan cahayanya ke seluruh jagat. Masing-masing memantulkan cahayanya mengikut upaya dan kodrat masing-masing. Rumput-rumput, daun-daun begitu gagah, tidak tergugat dengan matahari yang memancar, tetap hijau… Mereka semua cerminan sifat-sifat Allah yang sungguh sempurna.
    Saya mengumpulkan semangat, daya tumpu, sehingga bunyi-bunyi itu bersatu…menjadi satu rentak… saya rasa sangat sunyi… tenang dan khusyuk…
    Angin terus-terusan menampar lembut seluruh jasad saya. Ketika itu saya merasakan Allah begitu dekat. Saya seolah faham saya sedang bersatu dengan alam untuk bertasbih mengagungkan-Nya semata. Subhanallah, walhamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahhu akbar….
***
    Allah yang Maha Agung senantiasa berbicara dengan kita. Tetapi kita tidak mengindahkannya. Bagaimanakah bahasa Allah itu? Bukankah bahasa itu ialah sesuatu yang memberi makna?
    Al-Qur'an bukti terunggul sifat Allah yang berbicara. Al-Qur'an sepanjang masa berbicara dengan kita. Tetapi kita sering menganggap al-Qur'an itu kaku. Sedangkan al-Qur'an itu sarat makna.
    Simbol juga mengandung makna, jadi simbol juga adalah bahasa. Isyarat merah sudah cukup memberi arti bahaya. Senyuman pula sudah cukup menggambarkan ceria atau bahagia walaupun tidak ada kata-kata.
    Dalam bahasa Arab, alamaat berarti tanda-tanda (simbol).  Alam yang kita duduki ini ialah tanda. Tanda ialah bahasa. Jadi alam ini ialah tanda Allah, alam ini ialah bahasa Allah.
    Iqra’. Kita perlu membaca dan menelaah dua kitab. Satu Kitab al-Qur'an dibaca dan ditadabbur; satu lagi kitab besar, kitab alam semesta yang mesti ditafakkur dan dihayati.
    Di dalam al-Qur'an Allah senantiasa memberi contoh malam dan siang, langit dan bumi, lautan dan daratan, hewan-hewan yang berjalan, yang melata, pohon-pohon, hujan dan musim, malah pelbagai lagi tentang alam. Itu semua adalah tanda.
    Jadi marilah kita baca ke dua-dua kitab, al-Qur'an dan alam dengan penuh khusyu', tadabbur, tafakkur, menghayati makna yang tersembunyi di setiap hurufnya, setiap kalimahnya, setiap ayatnya , setiap paragrafnya, setiap judulnya... dari sana pasti akan mengenali siapakah Pengarang karya yang agung ini.
    Perhatikan setiap kejadian yang besar dan kecil. Perhatikan juga di sekeliling. Perhatikan juga diri kita, malah ke dalam diri kita. Di situ akan terpantul Nama-nama-Nya, Sifat-sifat-Nya. Ia sangat jelas, terang, tidak pernah terselindung. Yang kabur hanyalah mata kita dan cermin hati kita. Kita seolah melihat, tapi kita rabun dan hampir buta.
    Rububiyyah Allah, Uluhiyyah Allah, terpampang terbentang di setiap perkara. Setiap makhluk kecil atau besar merupakan cerminan yang memantulkan pelbagai sifat-Nya. Sebagaimana matahari yang gagah dan garang, setiap makluk dengan kudrat yang paling kecil atau besar tetap mau memantulkan cahayanya yang terang. Lautan dengan kapasitasnya yang besar, embun dengan kudrat yang haqir kerdil, semuanya menyumbang... ingin memantulkan cahaya... menunjukkan kegagahan dan kekuatan sang matahari.
    Perhatikan setiap perkara, karena disana ada tanda. Tanda itu ialah bahasa. Bicara Allah kepada kita.
Subhanaka la 'ilma lana illa ma 'allamtana innaka antal 'Alim al-Hakim.


Dan seandainya pohon-pohon  di  bumi  menjadi  pena  dan  laut  (menjadi tinta),  ditambahkan  kepadanya  tujuh  laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya  (dituliskan)  kalimat  Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 31:27)


Dari Abdullah bin 'Amr r.a., Rasulullah s.a.w.bersabda, "Sampaikanlah pesanku biarpun satu ayat..!
--------------------------------------------
Mutiara Amaly - Penyejuk Jiwa Penyubur Iman
--------------------------------------------
"di hati kita bersama, di hati kita melangkah, jangan di pisahkan kasih bersaudara, jangan di dendamkan ukhuwah yang terbina!"

0 komentar: